Kamis, 15 November 2012

Orientasi dan Mobilitas bagi Tuna Netra

Orientasi dan Mobilitas

Kemampuan mobilitas yang tinggi merupakan hal yang banyak diinginkan setiap individu, tidak terkecuali bagi mereka penyandang disabilitas khususnya ketunanetraan. Dalam hal mobilitas tentunya seorang penyandang ketunanetraan mengalami keterbatasan yang sangat mengganggu mobilitas mereka.

Namun seorang Tunanetra dalam bergerak dan berpindah tempat mempunyai teknik dan cara yang efektif untuk sampai pada lingkungan dan objek yang diinginkan.

Teknik ini oleh tunanetra biasa disebut teknik orientasi dan mobilitas.

Berikut ini akan kami paparkan teknik dan tata cara orientasi dan mobilitas
 1.            Orientasi
Orientasi adalah  teknik penempatan diri dan pengenalan objek – objek yang berada dalam lingkungan sekitar seorang tunanetra dengan menggunakan indera – indera lain yang masih berfungsi.
Secara umum orientasi merupakan proses berpikir dan mengolah informasi yang diperoleh dari lingkungan atau objek yang dituju oleh seorang tunanetra.
Dalam proses berpikir dan mengolah informasi ini terdapat lima langkah yang biasa disebut proses kognitif, yaitu :
a.  Persepsi             :             proses asimilasi data dari lingkungan dan objek yang dituju dengan memanfaatkan indera – indera lain yang masih berfungsi, seperti penciuman, perabaan, persepsi kinestetis atau sisa penglihatan bagi penyandang low vision.
b.  Analisis           :                 proses pengelompokan data yang diterima ke dalam beberapa kategori berdasarkan ketetapan, keterkaitan, keterkenalan, sumber, jenis dan jumlah sensorisnya.
c.  Seleksi             :                proses penyortiran data yang telah dianalisis dan diperlukan dalam melaksanakan orientasi sehingga memberikan gambaran situasi lingkungan dan objek yang akan dan sedang dituju.
d.  Perencanaan   :                proses merencanakan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai lingkungan dan objek yang dituju setelah diperoleh hasil seleksi.
e.  Pelaksanaan   :                proses melakukan hasil perencanaan dalam suatu tindakan untuk mencapai lingkungan dan objek yang dituju.
Untuk dapat memanfaatkan hasil proses kognitif dengan efektif, maka seorang tunanetra harus memiliki pemahaman secara mendalam mengenai fungsi – fungsi komponen khusus dalam orientasi, seperti :
1.    Land Mark
Penandanaan dan pencirian medan melalui bau, suara, suhu, dan petunjuk lain yang mudah dikenali tetapi bersifat menetap dan telah diketahui sebelumnya.
2.    Clue
Petunjuk dan atau rangsangan  suara, bau, perabaan, kinestetis, atau visual yang bersifat menetap ataupun bergerak sehingga dapat mempengaruhi penginderaan dan memberikan informasi kepada seorang tunanetra untuk dapat menentukan posisi dirinya ( garis pengarah ).
3.    Indoor Numbering System
Pembentukan pola dan susunan nomor – nomor ruangan dalam suatu bangunan, biasanya titik awalnya dimulai dengan ruangan yang berdekatan dengan pintu utama atau persimpangan gang / jalan.
4.    Measurement
Proses mengukur dengan menggunakan alat untuk menentukan suatu dimensi secara pasti ataupun perkiraan dari suatu objek atau ruangan.
5.    Compass Direction
Proses penentuan letak suatu objek dan ruangan dengan menggunakan empat arah mata angin, yaitu barat, timur, utara dan selatan.
6.    Self Familiarization
Proses pengakraban diri seorang tunanetra dengan ruangan atau objek dengan menggunakan 5 komponen khusus orientasi yang tersebut di atas.

2.            Mobilitas
Mobilitas adalah kemampuan seorang tunanetra dalam bergerak dan mengenali objek dalam lingkungannya.
Karena mobilitas berhubungan secara langsung dengan perpindahan fisik, maka kesiapan fisik seorang tunanetra menentukan keterampilannya dalam melakukan mobilitas.

Tujuan akhir dari program Orientasi dan Mobilitas adalah agar tunanetra dapat mengenali dan memasuki setiap lingkungan dan objek baik yang sudah dikenal maupun lingkungan baru dengan aman, mandiri dan fleksibel.

Oleh karena itu tugas pengenalan teknik Orientasi dan Mobilitas bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab guru sekolah tetapi juga wajib menjadi perhatian khusus bagi keluarga, teman, kerabat, dan masyarakat pada umumnya. Dengan perhatian khusus ini diharapkan dalam kehidupan kita dapat terwujud masyarakat yang inklusif dan dapat menerima segala perbedaan.
 

Selasa, 13 November 2012

love you Ibu



Ketika Bunda Diciptakan

Ketika itu, Tuhan telah bekerja enam hari lamanya. Kini giliran diciptakan para ibu. Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut: "Tuhan, banyak nian waktu yg Tuhan habiskan untuk menciptakan ibu ini?" dan Tuhan menjawab pelan: "Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan? Ibu ini harus waterproof (tahan air / cuci) tapi bukan dari plastik. Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak cepat capai. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan anak-anaknya. Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan menyejukan hati anaknya. Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah dan enam pasang tangan! Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya "Enam pasang tangan?"

"Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan Saya, melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik" balas Tuhan. Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang ibu. "Bagaimana modelnya?" Malaikat semakin heran. Tuhan mengangguk- angguk. "Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya: "Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ?", padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya. "Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke belakang tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat dan sepasang mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa bicara! Mata itu harus berkata: "Saya mengerti dan saya sayang padamu". Meskipun tidak diucapkan sepatah kata pun.

"Tuhan", kata malaikat itu lagi, "Istirahatlah" "Saya tidak bisa, Saya sudah hampir selesai" Ia harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit. Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan satu setengah ons daging. Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi. Akhirnya Malaikat membalik-balikkan contoh Ibu dengan perlahan.

"Terlalu lunak", katanya memberi komentar. "Tapi kuat", kata Tuhan bersemangat. "Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang bisa ia tanggung, pikul dan derita. "Apakah ia dapat berpikir?" tanya malaikat lagi. "Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan berkompromi", kata Sang Pencipta. Akhirnya Malaikat menyentuh sesuatu dipipi. "Eh, ada kebocoran disini" "Itu bukan kebocoran", kata Tuhan. "Itu adalah air mata. Air mata kesenangan, air mata kesedihan, air mata kekecewaan, air mata kesakitan, air mata kesepian, air mata kebanggaan, airmata, airmata...."

Sudahkah Anda mengucap syukur karena Anda mempunyai ibu yang luar biasa?
 
taken from Kidstalent Preschool Kindergarten.

Jangan Menyerah

JANGAN  MENYERAH


Jangan Menyerah, lagu inilah yang saat ini agaknya menjadi lagu wajib murid - murid SLB A Dria Adi Semarang. 
Lihat saja penampilan Group Band sekolah ini , selalu menyanyikan lagu Jangan Menyerah dalam setiap kesempatan.
Group Band yang diberi label DAB (Dria Adi Band) ini pun menyanyikan lagu Jangan Menyerah saat tampil dihalaman Parkir Pasar Raya Sri Ratu , Semarang.

Jangan Menyerah,,,,
satu kalimat yang penuh makna...
Jika mereka saja anak - anak dengan kebutuhan khusus (tuna netra) bisa menyerukan dan mengajak orang lain untuk memahami kata jangan menyerah, mengapa kita yang dibekali dengan kesempurnaan raga selalu mengeluh dengan keadaan diri kita, kurang mensyukuri apa yang kita miliki, selalu merasa diri paling menderita di dunia ini.
Seharusnya kita dapat belajar dari anak - anak ini, mereka terlahir di dunia ini dengan keistimewaan. Tuhan mempercayakan mereka untuk melihat dunia ini tidak dengan kedua bola mata, Tuhan lebih mempercayai mereka untuk melihat dunia yang fana ini dengan mata hati mereka. Meskipun demikian mereka tidak pernah mengeluh dan bertanya kepada Tuhan, mengapa mereka dilahirkan seperti ini. yang ada dalam benak mereka adalah keceriaan dan pandangan mereka tentang kebaikan yang telah Tuhan berikan.
Coba bandingkan dengan diri kita yang hanya selalu penuh dengan keresahan, tidak pernah mensyukuri setiap nikmat yang diberikan oleh Tuhan, bukankah dapat bernafas hari ini adalah sebuah nikmat yang tak terkira, bukankah dapat melihat hijaunya daun yang melambai adalah sebuah keindahan yang tak terukur, bukankah dapat menikmati kicauan burung dan hembusan angin adalah karunia yan teramat besar.
Harusnya kita dapat belajar dari anak - anak ini, mereka selalu ceria dan mensyukuri setiap nikmat Tuhan yang diberikan untuknya, bahkan mereka dapat mengajak kita untuk selalu tidak menyerah.
Mari kita syukuri apa yang ada dan jangan biarkan diri kita untuk mudah menyerah dalam sebuah keadaan.
Jangan Menyerah... Jangan Menyerah... Jangan Menyerah...!!!!!
Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita.

Senin, 12 November 2012

Belajar Braille



TAHAPAN PEMBELAJARAN BRAILLE

  1. PRA BRAILLE
“Mata” para penyandang tunanetra adalah “tangannya” untuk itu tahapan awal yang harus dilakukan pada anak – anak tunanetra dalam usia balita adalah memperkenalkan berbagai jenis dan bentuk benda dengan cara menyentuhkan bahkan memegangkan secara langsung pada benda tersebut. Hal ini dilakukan untuk melatih kepekaan tangan anak tunanetra.
Untuk lebih menggali kepekaan tangan anak – anak tunanetra dapat dilakukan dengan media biji – bijian seperti biji kacang hijau, dll, yang bentuknya sejenis.
  1. PENGENALAN BRAILLE
    1. Anak mulai dibimbing untuk menulis braille dengan media papan tulisan braille (Pantule) yang terdiri dari enam titik, tiga titik ke bawah dan dua titik ke samping. Teknik yang digunakan adalah  membimbing anak untuk memasukkan paku kedalam lubang PANTULE. Tahap pertama anak dibimbing untuk  mengisi keenam titik pantule serta dikenalkan koordinasi titik-titiknya (letak titik 1, 2,3, 4, 5 dan 6). Tahap selanjutnya anak diperkenalkan dengan abjad dan tanda lain dalam huruf Braille di PANTULE tersebut. Tahapan ini biasa diterapkan pada usia anak TK sampai kelas I SD.
    2. Tahap kedua setelah anak menguasai PANTULE serta memahami koordinasi titik pembentuk huruf dan tanda lain, selajutnya anak diperkenalkan teknik penulisan huruf Braille dengan reglet dan pen (stylus). Teknik penulisan pada Reglet dan pen adalah teknik negatif atau terbalik, dimana titik 1 menjadi titik 4, titik 2 menjad titik 5, dan titik 3 menjadi titik 6. Sedangkan media yang digunakan adalah kertas dengan cara  diletakkan diantara 2 plat reglet               ( dicapit ) kemudian kertas ditusuk denga menggunakan pen. Tahapan ini biasa diterapkan pada anak tunanetra kelas 2 SD ke atas setelah anak berhasil menguasai huruf braille positif dengan menggunakan PANTULE.
    3. Tahap selanjutnya adalah menulis braille dengan mesin ketik braille. Alat ini bersifat positif sama seperti PANTULE. Pada tahap ini anak sudah diperkenalkan huruf arab braille, simbol kimia, not musik braille dan huruf Braille secara kongkret. Teknik penggunaannya tidak jauh berbeda dengan mesin tik pada umumnya, namun mesin tik Braille hanya terdiri dari 6 tombol yang mewakili titik - titik pada abjad Braille, 1 tombol spasi dan 2 tombol disamping kanan dan kiri mesin tik untuk mengerakkan kertas. Adapun posisi jari pada saat mengetik adalah titik 1 (jari telunjuk kiri ), titik 2 ( jari tengah ), titik 3 (jari manis kiri ) , titik 4 ( telunjuk kanan), titik 5 ( jari tengah kanan ), titik 6 ( jari manis kiri ) dan untuk spasi digunakan ibu jari.
    4. Tahap ke empat adalah menulis atau mencetak  Braille dengan Printer Braille. Disini tentunya anak harus sudah dapat membaca dan menulis dengan lancar dalam Braille  serta mengerti dan memahami penggunaan Tusing dan Sibra. Sebelum dapat mencetak tulisan dengan printer Braille tentunya anak tunanetra diperkenalkan terlebih duhulu dengan komputer dengan aplikasi pembaca layar





MENGENAL ABJAD BRAILLE


Huruf Braille dibentuk oleh koordinasi 6 titik, dengan susunan 2 titik ke kanan dan 3 titik ke bawah.
Jadi jika dihitung mulai dari atas, titik-titik dari sebelah kiri diberi nomor 1, 2, dan 3, sedangkan titik-titik disebelah kanan diberi nomor 4, 5, dan 6. penomoran ini akan lebih mempermudahkan anda dalam belajar Braille. 
Huruf Braille dibuat dengan pola yang sitematis, untuk belajar huruf Braille anda dapat melakukannya dengan menghafal 10 huruf pertama, sedangkan huruf lain merupakan bentuk kalkulasi. Adapun polanya adalah sebagai berikut :

·        Sepuluh huruf pertama ( a – j ) hanya menggunakan titik 1, 2, 3, dan 4.
·        Sepuluh huruf kedua ( k – t ) dibentuk dengan menambahkan titik 3 dari kesepuluh huruf pertama tadi.
·        Lima huruf berikutnya ( u, v, x, y, z ) dibentuk dengan menambahkan titik 3 – 6 pada huruf a, b, c, d, e.
·        Sedangkan huruf w karena dalam bahasa Perancis tidak dikenal, maka huruf w dibentuk diluar pola setelah dibawa ke Amerika.