Orientasi dan Mobilitas
Kemampuan
mobilitas yang tinggi merupakan hal yang banyak diinginkan setiap individu,
tidak terkecuali bagi mereka penyandang disabilitas khususnya ketunanetraan.
Dalam hal mobilitas tentunya seorang penyandang ketunanetraan mengalami keterbatasan
yang sangat mengganggu mobilitas mereka.
Namun seorang Tunanetra dalam bergerak dan berpindah tempat mempunyai teknik dan cara yang efektif untuk sampai pada lingkungan dan objek yang diinginkan.
Teknik ini oleh tunanetra biasa disebut teknik orientasi dan mobilitas.
Teknik ini oleh tunanetra biasa disebut teknik orientasi dan mobilitas.
Berikut
ini akan kami paparkan teknik dan tata cara orientasi dan mobilitas
1.
Orientasi
Orientasi
adalah teknik penempatan diri dan pengenalan objek –
objek yang berada dalam lingkungan sekitar seorang tunanetra dengan menggunakan
indera – indera lain yang masih berfungsi.
Secara umum orientasi merupakan proses
berpikir dan mengolah informasi yang diperoleh dari lingkungan atau objek yang
dituju oleh seorang tunanetra.
Dalam proses berpikir dan mengolah
informasi ini terdapat lima
langkah yang biasa disebut proses kognitif, yaitu :
a.
Persepsi : proses asimilasi data dari
lingkungan dan objek yang dituju dengan memanfaatkan indera – indera lain yang
masih berfungsi, seperti penciuman, perabaan, persepsi kinestetis atau sisa
penglihatan bagi penyandang low vision.
b. Analisis
: proses
pengelompokan data yang diterima ke dalam beberapa kategori berdasarkan
ketetapan, keterkaitan, keterkenalan, sumber, jenis dan jumlah sensorisnya.
c. Seleksi : proses penyortiran data yang
telah dianalisis dan diperlukan dalam melaksanakan orientasi sehingga
memberikan gambaran situasi lingkungan dan objek yang akan dan sedang dituju.
d. Perencanaan
: proses
merencanakan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai lingkungan dan
objek yang dituju setelah diperoleh hasil seleksi.
e. Pelaksanaan
: proses melakukan
hasil perencanaan dalam suatu tindakan untuk mencapai lingkungan dan objek yang
dituju.
Untuk dapat memanfaatkan hasil proses
kognitif dengan efektif, maka seorang tunanetra harus memiliki pemahaman secara
mendalam mengenai fungsi – fungsi komponen khusus dalam orientasi, seperti :
1.
Land
Mark
Penandanaan dan pencirian medan melalui bau, suara,
suhu, dan petunjuk lain yang mudah dikenali tetapi bersifat menetap dan telah
diketahui sebelumnya.
2.
Clue
Petunjuk dan atau rangsangan suara, bau, perabaan, kinestetis, atau visual
yang bersifat menetap ataupun bergerak sehingga dapat mempengaruhi penginderaan
dan memberikan informasi kepada seorang tunanetra untuk dapat menentukan posisi
dirinya ( garis pengarah ).
3.
Indoor
Numbering System
Pembentukan pola dan susunan nomor –
nomor ruangan dalam suatu bangunan, biasanya titik awalnya dimulai dengan
ruangan yang berdekatan dengan pintu utama atau persimpangan gang / jalan.
4.
Measurement
Proses mengukur dengan menggunakan
alat untuk menentukan suatu dimensi secara pasti ataupun perkiraan dari suatu
objek atau ruangan.
5.
Compass
Direction
Proses penentuan letak suatu objek dan
ruangan dengan menggunakan empat arah mata angin, yaitu barat, timur, utara dan
selatan.
6.
Self
Familiarization
Proses pengakraban diri seorang
tunanetra dengan ruangan atau objek dengan menggunakan 5 komponen khusus
orientasi yang tersebut di atas.
2.
Mobilitas
Mobilitas adalah kemampuan seorang tunanetra
dalam bergerak dan mengenali objek dalam lingkungannya.
Karena mobilitas berhubungan secara
langsung dengan perpindahan fisik, maka kesiapan fisik seorang tunanetra
menentukan keterampilannya dalam melakukan mobilitas.
Tujuan
akhir dari program Orientasi dan Mobilitas adalah agar tunanetra dapat
mengenali dan memasuki setiap lingkungan dan objek baik yang sudah dikenal
maupun lingkungan baru dengan aman, mandiri dan fleksibel.
Oleh
karena itu tugas pengenalan teknik Orientasi dan Mobilitas bukan hanya menjadi
tugas dan tanggung jawab guru sekolah tetapi juga wajib menjadi perhatian
khusus bagi keluarga, teman, kerabat, dan masyarakat pada umumnya. Dengan
perhatian khusus ini diharapkan dalam kehidupan kita dapat terwujud masyarakat
yang inklusif dan dapat menerima segala perbedaan.