Rabu, 23 Januari 2013

ABK dan INKLUSI

Bukan hal yang baru dalam masyarakat kita, bila Anak - anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ) di anggap sebagai beban dan terbelakang. mereka di anggap tidak dapat mengurusi diri mereka sendiri, apalagi untuk bersosialisasi dan menjalankan tugasnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Tetapi apabila kita sebagai masyarakat mau melihat dan mengenal lebih dalam tentang ABK, maka kita kan dapat melihat kemandirian dan semangat yang luar biasa dari dalam diri mereka dalam menjalani kehidupan.
Hal ini dapat terjadi karena pembentukan karakter kemandirian yang telah dibentuk oleh sekolah Luar Biasa yang menanungi mereka.
Sekolah bagi ABK cenderung di fungsikan sebagai rumah utama, dibandingkan dengan rumah mereka sendiri. Hal ini cenderung di sebabkan karena di sekolah mereka merasakan perasaan senasib, mendapatkan perlakuan yang sama, dan memperoleh perhatian yang luar biasa dari semua pihak yang ada di sekolah.
Hal tersebut sebetulnya bukanlah hal yang baik bagi perkembangan psikologis ABK. Lalu bagaimanakah lingkungan yang baik dan menyehatkan untuk perkembangan psikologis ABK ?

Sebetulnya  untuk membentuk lingkungan yang baik dan menyehatkan bagi perkembangan psikologis ABK hanya ada satu kata kunci yaitu INKLUSI.

Untuk memulai membentuk lingkungan inklusi mungkin kita sebagai orang tua dan pihak -pihak yang terkait dengan ABK, dapat melakukan beberapa langkah yang dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar, antara lain ;

1. KELUARGA
 sebagai orang tua ABK kita tidak boleh memberikan perlakuan berat sebelah, merasa kasihan dan terlalu sayang kepada ABK. anggaplah ABK seperti anak pada umunya,  jangan berikan keistimewaan perlakuan kepada mereka. Kita juga dapat menerapkan sistem Reward and Punishment. jika memang ABK melakukan tindakan yang salah maka berikanlah Punishment, tetapi yang perlu di ingat jangan berikan bentuk punishment dalam kekerasan. demikian juga sebaliknya, apabila ABK berhasil melakukan suatu tugas, berikan mereka reward sehingga mereka merasa di hargai dan termotivasi.
Dalam keluarga sebaiknya dibentuk komunikasi yang menyenangnkan antara ABK dengan semua anggota lain, sehingga ABK tidak merasa teristimewakan ataupun terasingkan.  

2. SEKOLAH
Pada tahap inilah masa depan ABK mulai dibentuk. Kita sebagai orang tua sebaiknya memilih sekolah dengan lingkungan yang nyaman dan mampu menggali potensi yang ada pada diri ABK.
Mungkin SLB adalah sebuah jawaban, kita dapat memilih Sekolah Luar Biasa, sesuai dengan kebutuhan anak. Di SLB ini potensi dan bakat ABK dapat digali sesuai dengan kemampuan mereka. Kita sebagai orang tua dapat membentuk sinkronisasi komunikasi dengan pendidik di SLB, sehingga kita dapat mengetahui sejauh mana perkembangan anak kita.
Disini peran pendidik di SLB sangatlah penting, karena mereka yang memiliki kemampuan untuk mengajarkan karakteristik dasar ABK.
Namun demikian menyekolahkan ABK di SLB bukanlah satu - satunya pilihan yang tepat. Menyekolahkan ABK disekolah umum dengan model pendidikan Inklusi adalah pilihan lain yang lebih menjanjikan bagi perkembangan psikologis ABK.
Hal pertama yang mungkin dapat kita lakukan adalah menyekolahkan ABK di SLB untuk membentuk karakteristik dasar dan menggali potensi mereka. Kita dapat melakukan konsultasi secara intens  dan lebih mendalam dengan para pendidik di SLB untuk mengetahui potensi dan kesiapan ABK untuk menjalani sekolah inklusi.
Sebisa mungkin kita meminta para pendidik di SLB untuk memantau dan bila perlu melakukan pendampingan di sekolah tujuan inklusi. Selain itu mintalah sekolah tujuan inklusi untuk dapat bekerja sama dengan SLB dimana ABK dulu bersekolah.
Namun demikian menyekolahkan ABK di sekolah inklusi bukanlah hal yang mudah dan tanpa kendala.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar